Friday, 10 January 2014

Pengelolaan Emosi Sebagai Pembentuk Karakter Siswa




A.    Pendahuluan
Kemajuan pendidikan adalah faktor penting majunya sebuah Negara, sehingga dalam upaya untuk memajukan pendidikan hampir setiap tahun di adakan perubahan peraturan dalam UAN maupun kurikulum pendidikan. Berbagai metode telah diterapkan untuk meningkatkan kualitas pendidikan, namun hasilnya belum memuaskan. Sesungguhnya, pokok permasalahnnya bukan dari baik buruknya suatu metode yang digunakan akan tetapi membangun emosi antara pelajar dan pengajar merupakan faktor penting dalam berhasilnya suatu pembelajaran. Terkadang emosi yang dianggap remeh tersebut akan berdampak besar terhadap kondisi fisik maupun kondisi psikis setiap pelajar, terutama dalam proses dan berhasilnya pembelajaran. Maka dari itu perlu adanya kesadaran emosi diri dan pembangunan emosi agar dimasa yang akan datang para pelajar mampu mengaplikasikan teori  belajar dengan  Emotional Quality Management yang baik.

B.     Pembahasan
1.      Pengertian Emosi
a.   Apa itu Emosi?
Kebanyakan orang ketika mendengar kata emosi selalu diasumsikan sebagai suatu hal yang negatif. Mereka menggunakan kata “EMOSI” untuk mengungkapkan suatu perasaan yang buruk.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1994), Emosi didefinisikan sebagai:
1)      Luapan perasaan yang berkembang dan surut dalam waktu yang singkat.
2)      Keadaan dan reaksi psikologis dan fisiologis.
Menurut J.P. Du Preez, seorang EQ Organizational Konsultan dan Pengajar senior di Potchefstroom University, Afrika Selatan mengatakan, “emosi adalah suatu reaksi tubuh menghadapi situasi tertentu. Sifat dan intensitas emosi hasil persepsi terhadap situasi. Emosi adalah hasil reaksi kognitif terhadap situasi spesifik.”[1]
Dalam buku Emotional Quality Management dapat disimpulkan menjadi 3 bagian dalam emosi, yaitu:
a)      Persepsi
b)      Pengalaman
c)      Proses berfikir

b.      Kecerdasan Emosi
EQ adalah kemampuan untuk mengetahui apa yang kita dan orang lain rasakan,termasuk cara tepat untuk menangani masalah.[2]
Dari pendapat diatas dapat kita tarik kesimpulan dengan memiliki kecerdasan emosi, hubungan dengan orang lain, (teman sejawat, atasan di kantor, guru, orang tua, dll) akan terbina dengan baik. Dengan memahami perasaan orang lain tidak hanya perasaan diri sendiri sehingga tidak ada kesalah pahaman. Hidup akan terasa nyaman dan tenang dalam menyikapi suatu masalah.

c.       Manfaat Emosi
     Ketika seekor anjing diganggu oleh segerombolan orang, anjing tersebut akan melakukan suatu perlawanan, begitu juga dengan seorang wanita yang diganggu oleh segerombolan orang, ia juga akan melakukan suatu perlawanan.
Reaksi tersebut berasal dari individu yang ingin mempertahankan diri, tapi emosi manusia tidak hanya untuk survival saja, namun berkembang. Manfaat Emosi ada 4:[3]
1.    Energizer ( Pembangkit Energi )
Emosi memberikan kegairahan dalam kehidupan manusia, ketika kita mendapat pujian, diterima baik di lingkungan tinggal, kita akan bersemangat menjalani hidup namun ketika kita lagi jengkel atau be-te, kita akan kehilangan semangat dalam diri.
2.  Messenger ( Pembawa Pesan )
Sebagai contoh, ketika Dosen kita memasuki ruangan dengan wajah yang cemberut, kita tidak akan membuat lelucon yang sembarangan. Kita tidak harus diberitahu, karena dengan cirri-ciri fisik tersebut, emosi kita sudah mengirim pesan untuk tidak mengganggu Dosen tersebut.
2.    Reinforcer ( Penguat Pesan )
Ketika teman kita mendapatkan suatu kebahagiaan, kita tidak hanya tersenyum ikut bahagia, namun jika kita memberikan ucapan atau berjabat tangan, akan lebih memperkuat pesan atau perasaan yang kita rasakan.
3.      Balancer ( Penyeimbang Kehidupan )
Ketika kita sedih, kita akan menangis, dengan menangis kita akan lega, begitu juga ketika kita melihat sesuatu yang lucu, kita akan tertawa yang memberikan rasa lega.

2.  Macam-macam Kecerdasan Emosi
Menurut buku yang ditulis oleh Rusdin S. Rauf [4]  ada dua macam emosi yang terdapat dalam jiwa manusia, yaitu :
1) Emosi positif ( Emosi Karimah )
Emosi yang ada pada dasarnya berkaitan erat dengan hati, ketika hati kita baik, lembut maka yang terjadi adalah emosi positif yang ada pada diri kita dalam menjalani hidup ini.

2) Emosi negatif ( Emosi Madzmumah )
Emosi negatif adalah emosi yang selalu  memperturutkan nafsu semata (kesenangan sesaat ). Ia tidak akan berpikir, akibat-akibat apa yang terjadi untuk dikemudian harinya. Ketika kita hanya memperturutkan nafsu akan berdampak pada keruhnya hati.
3.  Problematika Emosi                                                                    
a)      Pentingnya Emosi di Kelas
Emosi merupakan suatu hal yang sering terlupakan. Di dalam sebuah kelas, seorang Guru dan Dosen harus menggunakan emosi agar hubungan dengan siswanya menjadi nyaman. Begitu juga dengan siswanya harus mengembangkan emosi sehingga hubungan emosi di dalam sebuah kelas menjadi nyaman dan proses belajar mengajar pun semakin mudah dan efektif.
b)      Bagaimana ESQ berperan dalam pembelajaran
Ketika seorang siswa mampu mengendalikan emosi dan perasaannya, ia akan lebih mudah menerima suatu pelajaran. Begitu juga saat ia menerima suatu pekerjaan        ( tugas ), ia akan menganggap itu memang sudah mejadi kewajibannya, ia tidak akan mengeluh, bahkan sebaliknya, ia akan menjadi semakin bersemangat untuk mengerjakannya.
4.   Tipe–tipe manusia
Ada tiga tipe manusia saat menghadapi suatu masalah, yaitu:[5]
a)      Tipe wortel
Sebagai ilustrasi, ketika wortel dimasukkan dalam bejana yang terisi air mendidih, beberapa saat kemudian,wortel berubah menjadi lunak dan lembut, padahal saat awal dimasukkan wortel tersebut keras. Manusia ketika belum menghadapi suatu masalah, ia tampak kuat. Namun setelah ia ditempa oleh suatu masalah, ia menjadi lemah.
b)       Tipe telur
Ketikla telur dimasukkan dalaam air yang mendidih, lama kelamaan ia menjadi telur yang keras. Tipe manusia yang seperti ini awalnya tampak lemah, namun ketika ia menghadapi suatu masalah, ia menjadi kuat.
c)      Tipe kopi
Tipe kopi inilah yang seharusnya dimiliki oleh masing–masing individu. Dimana ketika kopi dimasukkan, ia bewarna hitam.Dan beberapa saat kemudian, ia teap menjadi hitam bahkan semakin pekat dan menunjukkan kualitasnya. Manusia seperti ini akan selalu siap dalam segala kondisi yang sedang ia hadapi.

5.      Menumbuhkan Kecerdasar Emosi
Lima aspek penting untuk menumbuhkan kecerdasan emosi menurut Salevey dan Mayer (1990) pengembangan konsep EQ.[6]  Kecerdasan Diri    Mampu mengenali perasaan dan karakter yang dimiliki diri sendiri.

a)      Mengelola Emosi
Kemampuan mengelola emosi baik dan buruk agar semua menjadi suatu hal yang menyenangkan sehingga dengan mudah menemukan solusi dan pelajaran dalam setiap pelajaran.

b)      Memotivasi Diri Sendiri
Dibutuhkan supply semangat dalam diri sendiri agar apa yang menjadi tujuan pribadi tercapai.
c)      Empati
Kemampuan mengelola sensifitas, mampu menghargai orang lain sehingga hubungan sosial terbentuk dengan baik.

d)      Menjaga Relasi
Kemampuan menjaga interpersonal. Seperti halnya Solevey dan Mayer, Daniel Goleman menyebut 5 faktor penting yang disebut 5 dimensi.[7]
a)      Penyadaran diri
b)      Mengelola emosi
c)      Motivasi diri
d)     Empati
e)      Keterampilan social
6.  Mengelola Emosi Negatif
Untuk mengelola emosi negative, diperlukan rasa cinta pada diri sendiri. Katakana bahwa anda mencintai diri anda sendiri. “ Kecintaan diri yang tidak berlebihan melahirkan sikap percaya diri. Percaya diri membantu pada proses pengendalian emosi. Biasanya, pengendalian diri yang baik, memberikan pelatihan emosi positif setiap orang. Oleh sebab itu, kita butuh rasa cinta dalam diri, kemudian mulai merasakan kepercayaan diri.[8]
Dalam sebuah hadist yang diriwayatkan oleh Ibnu Abi Ad-Dunya, Syidad bin Aus menegaskan bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda : “orang cerdik  (cerdas) adalah orang yang dapat mengendalikan dirinya    ( mengendalikan emosi negatif ) dan beramal sebagai persiapan untuk masa setelah kematian. Sementara, orang lemah adalah orang yang menundukkan dirinya pada hawa nafsu ( tidak dapat mengendalikan emosi negatifnya ) tetapi berharap kepada Allah.”
Telah jelas, salah satu diantara cara untuk mengendalikan diri adalah dengan ingat akan kematian. Orang yang ingat mati, ia akan selalu berhati-hati dalam setiap tindakan serta ucapannya.
7. Melatih Kekuatan Emosi Untuk Menghadapi Tantangan
Pada dasarnya, semua orang tidak menginginkan adanya suatu hal yang buruk yang akan terjadi pada dirinya. Namun, tidak semua hal akan berjalan mulus sesuai dengan harapan kita. Dalam kondisi yang seperti itu kita harus mempersiapkan diri untuk menghadapi hal di luar yang telah kita rencanakan. Ada enam langkah untuk penguatan emosi.[9] Tiga langkah pertama disebut clarifying dan tiga langkah selanjutnya disebut strengthing. Langkah – langkah tersebut adalah sebagai berikut:
1)      Pastikan kita mampu melihat fakta
Saat kita sedang kritis atau tertekan, kita sering lupa untuk berpikir jernih dan membedakan antara fakta atau hanya suatu persepsi diri kita saja yang sedang kita alami. Ketika kita sedang mengalami hal yang demikian, kita harus bisa menjernihkan pikiran dan memahami betul apa yang terjadi. Jadi kita tidak hanya melihat secara subyektif.
2)      Self  Talk
Katakan pada diri anda sendiri dengan kebenaran yang sedang anda hadapi, dengan demikian anda tidak akan merasa terbebani  dari kejujuran yang anda katakan pada diri sendiri. Biasakanlah jujur pada diri sendiri sebelum anda jujur pada orang lain.
3)      Uji ulang
Setelah kita mengatakan hal yang sebenarnya terjadi,  kita perlu mengadakan uji ulang mengenai apa yang kita bicarakan pada diri sendiri agar kita menemukan inspirasi atau motivasi diri untuk mengambil suatu tindakan yang benar – benar sesuai dengan keadaan kita. Jadi bertfikirlah berulang- ulang sebelum anda memutuskan suatu masalah.
4)      Cari jalan
Ketika kita dihadapkan oleh sesuatu hal yang sulit diselesaikan, otak kita dituntut untuk berpikir secara kritis dan obyektifi. Mencari solusi hendaknya selalu mempertimbangkan dan memikirkannya secara berulang- ulang.   
5)      Action plan
Saat sudah mendapat solusi, kerjakan rencana atau jalan keluar yang telah kita dapatkan tersebut.
6)      Afirmasi Diri
Penguatan diri diperlukan, keyakinan bahwa apa yang kita ambil dan kita putuskan merupakan suatu hal yang benar dan harus dilakukan dengan rasa optimis dan semaksimal  mungkin serta bertanggung jawab keputusan yang kita ambil tersebut.
C.    Penutup
Dari pembahasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa pembentukan emosi khususnya dalam proses belajar mengajar sangat penting. Sehingga hubungan emosi antara siswa dan pengajar sangat diperlukan. Jika dalam proses belajar mengajar terdapat suatu hubungan emosi maka suasana akan terkendali, begitu juga para siswa akan lebih mudah menerima pelajaran yang disampaikan. Dalam pembahasan diatas juga dibahas macam- macam emosi manusia dan cara pengolahannya, juga tipe–tipe manusia, hal tersebut akan membantu kita memahami berbagai karakter manusia.Sehingga mempermudah kita dalam membangun emosi dengan orang lain.












Daftar pustaka
Martin, Anthony Dio. Emotional Quality Management. Jakarta: HR Excelency, 2003.
Rauf, SR. Smart Heart. Jogjakarta: Diva Press, 2008


[1] Anthony Dio Martin, Emotional Quality  Management, Jakarta : HR Excelency, 2003.
[2] Ibid 23.
[3] Ibid, 93–94.
[4] Rusdin . S. Rauf, Smart heart, 59.
[5] Anthony Dio Martin, Emotional Quality Management, 277-279.
[6] Anthony Dio Martin, Emotional Quality Management, 27 – 28.
[7] Ibid.
[8] Rusdin S . Rauf, Smart Heart, 71.
[9] Anthony Dio Martin, Emotional Quality management, 275 – 276.

No comments:

Post a Comment